Macam-Macam Perubahan Bentuk Kata
Dalam pertumbuhan bahasa banyak kata yang mengalami perubahan. Perubahan-perubahan pada suatu kata tidak hanya terjadi karena proses adaptasi, tetapi juga disebabkan bermacam-macam hal lain, misalnya salah dengar, usaha memendekkan suatu kata yang panjang dan sebagainya. Kata bis yang sehari-hari dipakai sebenarnya berasal dari kata veniculum omnibus, yang berarti ‘kendaraan untuk umum'. Tetapi karena terlalu panjang maka yang diambil hanya suku kata terakhir, yang sebenarnya hanya merupakan sebuah akhiran.
Tetapi dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi atas berbagai kata yang selama ini diketahui, terdapat beberapa macam gejala perubahan bentuk yang dialami sebuah kata:
1. Asimilasi, adalah gejala dimana dua buah fonem yang tidak sama dijadikan sama.
Contoh: in moral > immoral
ad similatio > asimilasi
2. Disimilasi, adalah proses perubahan bentuk kata di mana dua buah fonem yang sama dijadikan tidak sama.
Contoh: vanantara > belantara
lauk-lauk > lauk-pauk
sayur-sayur > sayur-mayur
3. Diftongisasi, adalah proses di mana suatu monoftong berubah menjadi diftong.
Contoh: anggota > anggauta
teladan > tauladan
4. Monoftongisasi, proses di mana suatu diftong berubah menjadi monoftong.
Contoh: pulau > pulo
danau > dano
5. Haplologi, adalah proses di mana sebuah kata kehilangan suatu silaba (suku kata) di tengahnya.
Contoh: samanantara (Sansekerta) > sementara
budhidaya > budaya
6. Anaktipsis, adalah proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna melancarkan ucapannya.
Contoh: putri > puteri
sloka > seloka
Macam-Macam Perubahan Bentuk Kata
7. Metatesis, adalah proses perubahan bentuk kata di mana dua fonem dalam sebuah kata bertukar tempat.
Contoh: padma > padam (padma = lotus merah)
almari > lemari
beting > tebing
8. Aferesis, adalah proses di mana suatu kata kehilangan satu atau lebih fonem pada awal katanya.
Contoh: adhyaksa > jaksa
pepermunt > permen
9. Sinkop, adalah proses di mana suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah-tengah kata.
Contoh: utpatti > upeti
niyata > nyata
10. Apokop, adalah proses di mana suatu kata kehilangan suatu fonem pada akhir kata.
Contoh: pelangit > pelangi
possesiva > posesif
11. Protesis, adalah proses di mana suatu kata mendapat tambahan satu fonem pada awal kata.
Contoh: lang > elang
smara > asmara
12. Epentesis, adalah proses di mana suatu kata mendapat tambahan suatu fonem atau lebih di tengah-tengah kata.
Contoh: kapak > kampak
upama > umpama
13. Paragog, adalah proses penambahan suatu fonem pada akhir suatu kata.
Contoh: hulubala > hulubalang
ina > inang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar