Senin, 26 April 2010

AKU INGIN DIBACA

Naskah Drama


AKU INGIN DIBACA

Karya:
Fadri Irman




r />

TEATER OMBAK
SMA NEGERI I WANASALAM

Jl. Raya Binuangeun Kilometer 9 Sukatani Wanasalam 42391


TIM PRODUKSI


PENASIHAT PRODUKSI : ALLAH ( Tuhan Yang Maha Esa )
PELINDUNG : Drs. Hadi Nugraha, M.Pd ( Kepala Sekolah SMAN 1 Wanasalam )
PENANGGUNG JAWAB PRODUKSI : SMAN 1 WANASALAM
PEMBINA : Fadri Irman, S.Pd
PIMPINAN PRODUKSI : Dadang Sadana
SUTRADRA : Fadri Irman, S.Pd

PEMAIN :
EMI SETIAWATI
IRMAN NURJAENI
WIRYANA

MUSIK BY
SAGALAKACABAK MUSIK



TEATER OMBAK MENGUCAPKAN TERIMAKASIH KEPADA :
Tuhan Yang Maha Esa, Tukang Sekolah , Tukang Jaga Kampus STKIP, Tukang Nasi Uduk, Tukang Jaga Rental Komputer, Tukang Edit, Tukang Bensin,
Tukang Bikin Acara, Tukang Sapu, Tukang Naskah, Tukang Mikir
Adegan, Tukan Mikir Musik, Tukang Bakwan, Tukang Kopi,
Tukang Pulsa, Tukang Jaga Hotel, Tukang Juri, dll.









Sinopsis
AKU INGIN DIBACA
Karya: Fadri Irman

Aku senang dalam dunia tanpa kata, aku tabah penuh harapan, untung malang menambah gairah, untuknya akan ku pikul segala beban derita. Aku rela memikul segala asalkan nasib jangan merenggutnya dariku, tiada ku hirau pukulan malapetaka, suka cita dalam duka citaku.
Penjajahan telah menghancurkan sistem kepercayaan masyarakat Lebak, sehingga membuat kepedihan akibat rakusnya penguasa Negri. Multatuli adalah Kolonial Belanda yang haus akan sanjungan rakyat Parung Kujang. Cara licik dan busuk di pilih agar tujuanna tercapai yaitu dengan memprovokasi rakyat pribumi bahwa Adipati sangat kejam dalam memimpin rakyat, alhasil penduduk pribumi kagum karenanya dan menganggap bahwa Multatuli adalah pahlawan yang sebenarnya.
Pemerasan, penindasan, perampasan hak, dan asmara berkecamuk hancur lebur menjadi fenomena yang tak jelas keberadaannya. Hal ini membuat Saijah harus merantau ke Lampung untuk mencari uang agar dapat menikahi Adinda untuk memulai hidup baru bersamanya yang berjanji akan kembali setelah cukup tiga kali dua belas bulan.
Semenjak kepergian Saijah, Adinda merasa hidupnya hampa kerna sebagai perempuan yang normal ia butuh cinta, belaian kasih sayang, dan kehangatan agar kebutuhan biologisnya terpenuhi. Karna alas an itulah berkali-kali Adinda melakukan hubungan mesum dengan Adipati.
Melihat kecantikan Adinda Multatuli pun tergoda dan mencari cara agar dapat tidur bersamanya melewati malam-malam semu dalam buaian gairah terlarang. Akhirnya Adinda terjebak dalam perangkap Multatuli. Tanpa di sadari ketika Adinda dan Multatuli bercumbu dalam indahnya nafsu biru datanglah Saijah dan memergoki mereka berdua. Saijah murka amarahnya tak terbendung terjadilah duel yang sangat hebat, Adinda mati di cekik Saijah, sementara Saijah tewas tertembak timah panas Multatuli.
April, 2010
AKU INGIN DIBACA
Karya : Fadri Irman
Adegan I
Lampu menyala kelap-kelip tak beraturan, musik mengantarkan kepedihan di dalam layar terdengar suara-suara rintihan tentang masa lalu.

Suara-suara : “Aku sudah bosan dengan gelap
gelap adalah kelam
cahaya mengintip kegelapan, cahaya adalah kehidupan”

Tak lama keluarlah Saijah dan Adinda dengan gerakan romantisme.

Saijah : “Dengan bahasa yang rapih, gaya yang anggun, dan sikap yang gagah keadilan telah diungkapkan oleh para penguasa tanpa ada ungkapan kekejaman di wajah mereka, mereka keluarkan keputusan yang tidak adil bagi rakyat”

Adinda : “Jadi kau hendak pergi juga?”

Saijah : “Mau bagaimana lagi, sawah dan kerbau saudara kita di rampas secara paksa. Mereka singkirkan apa yang menghadangnya Aku tak ingin kau jadi bahan rampasan juga. Adinda aku akan merantau mencari bekal untuk biaya pernikahan kita, tunggulah aku di sini, di hutan jati di bawah pohon ketapang”

Adinda : “Aku akan selalu menantimu Saijah”.

(Lalu mereka berisahlah dengan gerakan-garakan yang mengambarkan pergantian tempat dan waktu. Tak lama keluarlah Saijah menggabarkan suasuana kerinduan)

Adinda : “Saijah, suda 3 kali dalam 12 bulan kau tak kunjung datang juga di mana kau Saijah. Siang-malam aku selalu kedinginan ke mana lagi harus ku salurkan hasrat ku ini Saijah. maafkan aku Saijah, aku telah menghianati cintamu walau tubuh-tubuh ini telah dinikmati oleh para penguasa tapi batinku hanya untukmu Saijah, kebun ini terasa kering hanya tuanku Multatulilah yang selalu menyiraminya.” (Masuk ke dalam kegelapan)


Adegan II
(terjadi dialog secara cepat antara Multatuli dan Adipati di kediaman Multatuli, menjadi peristiwa layaknya suasana di dalam rapat yang tertutup)

Multatuli : “Kenapa kau peras kaum pribumi Adipati! Bukankah mereka juga saudaramu!”

Adinda : “Aku hanya menuruti perintahmu. Sawah dan kerbau mereka di rampas sacara paksa. Itu ku jadikan sebagai upeti, tanda baktiku padamu. Kalau aku tak menyetor upeti, aku dan kaum pribumi sudah kau bunuh dan menjadi santapan burung bangkai. Sebenarnya aku tak mau menindas, tetapi mau bagaimana lagi. Sekarang kau jadi bahan sanjungan setelah kau provokasi penduduk pribumi, kau peralat semunya dengan sistem adu domba, kau jelek-jelekan aku. Dasar penjilat!”

Multatuli : “Kurang ajar kau Adipati! Akan ku adukan perbuatanmu pada residen Best van Kemper”

Adipati : “ Kenapa kau mesti marah, dasar ular berkepala dua!”

Multatuli : “Enyah kau dari hadapanku sebelum peluru ini menembus jantungmu!”

Adipati : “Baik, baik tuan” (penuh ketakutan dan langsung keluar).

(Suara tokek terdengar)

Multatuli : “ (sambil mencari suaea) ada tokek, ada tokek, tokek Rangkasbitung.

Adegan III
(menggambarkan suasana rumah Multatuli)

Multatuli : “Adinda bangkit kau dari kegelapan, Adinda bangkit kau dari kegelapan” Hidup sekarang telah kembali kepada masa silam”




(Keluarlah Adinda)

Adinda : “Hidupku sudah gelap tak tentu arah, karena aku telah menghianati Saijah dan keluargaku”

Multatuli : “Sudahlah! kau lupakan itu yang pasti cita –citaku tercapai”

Adinda : “Maksudmu?”

Multatuli : “Ya aku hidup untuk bermain cantik dan ingin di catat oleh sejarah. Hahahahaha” banyak pengaduan-pengaduan dari rakyat pribumi. Lalu ku provokasi penduduk pribumi dengan penindasan yang dilakukan oleh Demang, dan Adipati hahahahaha. Lalu kutulis surat kepada Best Van Kemper tentang kepedihan rakyat Parangkujang, Bahadur, Lebak dan Rangkasbitung. Walau banyak yang menentang tapi usahaku tidak sia-sia. Hahahahahah ”

Adinda : “Betapa mulyanya hatimu Tuan”.

Multatuli : “Ya karna tujuan ku hanya satu”

Adinda : “ Apa itu Tuan?”

Multatuli : “Ya aku hanya ingin mendapatkanmu dari pada kau di jamah oleh budak-budak ku lebih baik kau dijamah oleh ku. Hahahahahaaa”

Adinda : “Oh! jadi kau sama bejadnya dengan yang lain, dasar penjajah tetap lah penjajah”.

Multatuli : “Ya karna sudah suratan sejarah negerimu harus dijajah!”

(Lalu Multatuli dan Adinda bercumbu rayu melepas hasrat, namun mereka tak sadar bahwa Saijah memergokinya saat pulang dari perantauan)

Saijah : “Adinda jadi ini yang kau lakukan sepeninggalku! kau benar-benar telah menghianati cinta ku Adinda”

Adinda : (ketakutan) “Maafkan aku Saijah”

Saijah : (geram) “Aku mendengar kabar dari para pelancong. Bahwa kau asa main dengan Adipati, tapi nyatanya kau........”

Adinda : “Aku terpaksa melakukannya”

Saijah : “Tapi kau menikmatinya kan!”

Adinda : “Karena kau lama meninggalkan ku dan kalau ada selalu bersikap dingin padaku”

Saijah : (Menampar Adinda) “Dasar perempuan jalang!”
“Multatuli kau adalah penjilat, kurang ajar! kubunuh kau biadap!”

Adinda : “(menghalangi Saijah) “Jangan Saijah!”

Saijah : (mencekik Adinda) “Kau sama saja seperti binatang dan kau Multatuli!”

(Saijah menyerang Multatuli dengan hati yang menggumpal emosi terjadilah perkelahian yang sangat sengit mengakibatkan Saijah mati oleh pelurunya Multatuli)

Haxvlan : “Aku Multatuli hidupku ingin dibaca dan ingin di tulis oleh sejarah hahaaaaaaaa. Akan kuingat kepedihan kaum peribumi. Hahahahahahaaaaa.” (mecair)



Tamat

Tidak ada komentar: