Sabtu, 23 April 2011

TIK

Naskah Drama
TIK











Karya:
Fadri Irman

TEATER OMBAK
SMA NEGERI I WANASALAM
BANTEN
Jl. Raya Binuangeun Kilometer 9 Sukatani Wanasalam 42391
TIM PRODUKSI


PELINDUNG :Allah SWT
PENASIHAT PRODUKSI : Nana Juhyana, M.Si. Barni, M.Pd.
PENANGGUNG JAWAB: Drs. Hadi Nugraha, M.Pd ( Kepala SMAN 1 Wanasalam )

PEMBINA : Fadri Irman, S.Pd
PIMPINAN PRODUKSI : Dadang Sadana
SUTRADRA : Fadri Irman, S.Pd

PEMAIN :
Kusnadi
Febi Milan
Haerudin

MUSIK BY
SAGALAKACABAK MUSIK


TEATER OMBAK MENGUCAPKAN TERIMAKASIH KEPADA :
Tuhan Yang Maha Esa, Tukang Sekolah , Tukang Jaga Kampus STKIP, Tukang Nasi Uduk, Tukang Jaga Rental Komputer, Tukang Edit, Tukang Bensin,
Tukang Bikin Acara, Tukang Sapu, Tukang Naskah, Tukang Mikir
Adegan, Tukang Mikir Musik, Tukang Bakwan, Tukang Kopi,
Tukang Pulsa, Tukang Jaga Hotel, Tukang Juri, dll

Sinopsis:
TIK
Karya: Fadri Irman, S.Pd.


Arya adalah Seorang lelaki separuh baya asik dengan memainkan jari-jemarinya di atas tombol mesin tik. Irama mesin tik tua itu membuatnya tidak kesepian karena menurut dia, nada yang dikeluarkan melebihi nada yang ada di dunia ini. Karena keasikannya dengan mesin tik ini terjadilah percekcokan dengan Lastri. Lastri adalah istri dari Arya. Lastri meminta Arya segera menghentikan kerjaannya dalam berkarya, sebab menurut Lastri itu tidak ada artinya. Lalu Arya pun memikirkan apa yang disamapikan Lastri dan Arya akan berhenti dalm berkaray. Tetapi ketika Arya akan berhenti berkarya muculah Lelaki dari masa silam.

Lelaki dari masa silam itu adalah Multatuli yang bangkit karena kerisauan penduduk pribumi. Sebenarnya Multatuli itu adalah jelmaan yang pernah ada dalam karya Arya. Multatuli menginginkan Arya terus berkarya, karena hanya Aryalah yang mampu memberontak melalui tulisan akan kekejaman dan penindasan para penguasa. Arya merasa bingung apa yang disampaikan Multatuli.

Tiba-tiba muncul Nyi Roro Kidul. dan meminta Arya agar menuliskan karya yang membuat namanya baik kembali. Sebab gara-gara penulislah nama dia dipercaya yang mengakibatkan kematian bagi yang hanyut ditelan ombak selatan.
.

Apakah yang terjadi pada diri arya?
Selamat Menyaksikan.










TIK
Karya: Fadri Irman


(Suara musik terdengar dengan permainan layar)
Arya : (Asik memainkan jari-jemarinya di atas mesin tik, sesekali dia melihat dengan penuh keabstrakan). “Tiap hentakan tik ini akan mengeluarkan bunyi, setiap bunyi menghasilkan irama dan irama menjadikannya senandung, maka akan muncullah ribuan nyawa yang keluar dari mesin tik ini berupa karya-karya nan agung. Sebab karya adalah nafas kebudayaan yang tidak bisa sirna ditelan masa.” (memperhatikan mesin tik, seolah-olah mesin tik ini memiliki nyawa) “kaulah tempat menyalurkan hasratku dalam setiap kekundahan ini.” (penuh dengan harapan, lalu dia terus memainkan jemarinya di atas tombol mesin tiknya lagi).
Lastri : “Pak? Hari sudah larut, lebih baik Bapak tidurlah dulu, sebab suara itu membuatku pening Pak?”
Arya : “Iya Bu, sebentar lagi.”(melanjutkan kegiatannya)
Lastri : “Setiap dikasih tau, jawabanya selalu itu-itu saja!” (menggurutu) memang Bapak membuat karya apa lagi?
Arya : “Aku membuat karya yang akan mengejutkan setip pembancanya dan penuh penyadaran”
Lastri : “Oh! Tapi Pak, apakah Bapak sadar dengan apa yang Bapak lakukan selama ini?”
Arya : “Maksudmu”
Lastri : “maksudku, Bapak malah mementingkan dunia Bapak sendiri, tanpa meperhatikan yang lain?” “bapak asik dengan kegiatan bapak sendri”
Arya : “Lastri, sudahlah jangan membuatku pusing dengan gumaman mu itu, aku tak mau rebut sayang” (Merayu)
Lastri : “sebaiknya berhenti dari pekerjaan Bapak,
Arya : “Berhenti katamu?
Lastri : “ya, berhenti!”
Arya : “Aku tak mungkin berhenti dari pekerjaanku.”
Arya : “baiklah kalau itu kemauanmu!”
Lastri : “Pikirkan sajalah sama Bapak, apa yang seharusnya Bapak perbuat!”
(meninggalkan Arya)
Arya : “Ah! dasar perempuan, paling-paling, ah! entahlah aku tak mau pusing.”(asik memainkan jari-jemariny, tiba-tiba dia teringat kembali akan omongan istrinya itu) “ Lastri maafkan aku, kalau selama ini aku kurang memperatikanmu, aku melakukan ini sebenarnya hanya untukmu sayang. Aku akan membuta penyadaran bagi setiap yang membaca karya-karyaku ini. (melamun).“ Tapi bila itu mau mu aku akan berhenti berkarya dan mencari pekerjaan lain.
(musik terdengar, munculah laki-laki dengan pakain yang aneh)
Multatuli : (tertawa dan mengejutkan Arya) “Arya teruslah kau berkarya!”
Arya : (terkejut dengan perasaan heran) “siapa kamu? Kenapa kamu tiba-tiba ada di tempatku!”
Mulktatuli : “hahahahhahahhahah”
Arya : “Kalau kau maling, kau salah masuk, aku ini orang tak berada, yang aku punya hanyalah mesin tik tua ini, tak ada yang bisa kau ambil.”
Multatuli : “Hahahahhahahahah ( berlari dan memperhatikan tiap sudut)
Arya : “Segera kau keluar dari rumah ku ini, sebelum aku panggilkan warga dan kuteriaki kau maling, mau!”
Multatuli : “Sebentar tuan, jangan terlalu terbakar emosi, aku bukanlah maling, aku bukanlah siapa-siapa, aku adalah apa yang ada dalam pikiranmu atau aku adalah ruh yang kau buat sendiri. Aku sebenarnya nurani yang risau akan jalan hidupmu. Arya! Kau manusia yang asik dengan duniamu sendiri, kau buat lakon-lakon yang belum tentu orang memahaminya, tapi kau tak pernah memikirkan keluargamu?”
Arya : “Keluarkau dari sini, jangan kau ikut campur urusanku!”
Multatuli : “Sabarlah dulu, daripada kau mati karena emosimu, lebih baik kau tenang sajalah. kau ini dipecat dari pekerjaanmu demi sebuah karya, tapi karyamu dimanfaatkan oleh orang-orang yang picik dan penjilat! Hahahahha. Sadarkah kau akan itu!” apalah artinya sebuah karya kalau akan menyengsaraakan akan hidupmu. Kau harus berbuat yang lebih, dari yang sebelummnya, sebab kalau kau melakuan itu dari lubuk hatimu dan menghilangkan ketakuatan kau akan dibaca dan menjadi catatan sejarah.”
Arya : “Siapa kua sebenarnya?”
Multatuli : “Aku adalah salah satu tokoh yang ada dalam catatanmu, dan aku pernah membuat sebuah karaya yang berjudul Saijah dan Adinda”
Arya : “Kau jangan mengada-ada, katakan saja siapa namamu?”
Multatuli : “Baiklah kalau kau penasaran, perkenalkan namaku adalah Multatuli, dating dari masa silam, karena kegelisahaanmu aku bagkit kembali.”
Arya : “Tidak mungkin, Multatuli itu sudah mati, kau jangan meracuni pikiranku?”
Multatuli : “Aku tidak meracuni pikiranmu, tapi aku datang dari masa silam, dan aku ingin membuatmu berani menghadapinya, sebab banyak pengaduan kaum pribumi yang kini terulang kembali pada masa sekarang.
Arya : “Pengaduan”
Multatui : “Ya? Pengaduan-pengaduan masa lalu, sama dengan pengaduan masa sekarang. Kekejaman dan pemerasan mulai terjadi kembali, itu dilakukan oleh para pengusa. Kau sebenarnya tahu akan itu, tapi kau tak berani menuliskannya, tulislah Arya, sebab kaulah yang bisa melakukannya. Daripada orang-orang yang mengaku penuis tapi penulis karena imbalan dan pesanan.”
Arya : “ocehan apa lagi yang kau kelarkan, kau jangan meracuni pikiranku dan jangan pula membuat celaka dalam hidupku”
Multatuli : “tak ada yang lebih celaka daripada membongongi rakyat, kau tahu tidak? Indonesia merdeka karena perjuangan dan persatuan, yang melakuannya adalah pahlawan yang gugur di medan perang demi kemerdekaan ini. Serta yang masih hidup sekarang telah menjadi tua renta dengan pensiunan yang sangat kecil.”
Arya : “Itu kan tak ada hubungan nya dengan hidupku sebagai penulis?”
Multatuli : “Pasti ada! Kau adalah titisan dari para pahlawan yang harus memberontak kepada para penguasa yang selalu otoriter, para koruptor dan orang-orang yang berpura-pura suci. Bayangkan olehmu, demi sebuah jabatan idealisme pun mulai tergadaikan, janji-janji palsu mulai bertebaran, mereka menina bobokan rakyat dan mereka bentuk kelompok untuk memperkuat kedudukannya, kau pun diperkosa oleh harapan. Jadilah kau sebagai pahlawan dari sebuah tulisanmu itu Arya!”
(Keluarlah Lastri/Nyirorokidul)
Lastri : “Betul! Bapak harus sadar akan itu. Dan aku setuju dengan apa yang Tuan katakana tadi!”
Arya : “Lastri kenapa kau ikut campur!”
Lastri : “Lastri! Aku bukanlah Lasrti, yang kau pikirkan selama ini. Aku adalah Ratu Pantai Selatan, aku hanya berpura-pura sebagai istimu. Istrimu sebenarnya sudah mati akan tingkah lakumu”
Arya : “Ada apalagi! Kenapa kau ini Lastri. Jaga sikapmu, Aku adalah suamimu Lastri!
Lastri : “Ya! Suami, suami siapa?.”
Arya : “ada apa lagi, kenapa ini jadi kacau, apakah aku sudah gila!”
Multatuli : “Kau tidak gila, tapi kau bisa gila dengan pikiranmu sendiri” (mendekatai Lastri) “apa yang akan kau adukan kepada penulis besar ini!”
Lastri : “Aku hanya ingin meluruskan nama baik ku, yang selama ini mereka sangka, bahwa aku adalah makhluk yang paling jahat. Aku selalu difitnah”
Arya :”Fitnah apa lagi ini!”
Lastri : “Setiap ada yang mati ditelan ombak, aku yang mereka sangka bahwa akulah yang melakuakannya”
Arya : “Aku gila dibuatnya ini”
Lastri : “Aku tak pernah melakukannya, mereka lalai, mereka hanyut, mereka tak bisa, tapi kenyaatannya aku selalu menjadi koraban fitnahan, aku menuntut pengarang cerita Nyiroro Kidul, sebab sampai sekarang setiap kematian di pantai selatan aku aku yang mereka sangka. Pulihkan kembali nama baikku Arya! Hanya kaulah yang mampu memulihkan nama baik ku dengan karyamu.
Multatuli : “ya aku bisa merasakannya sama apa yang kau rasakan. Penulis membuat cerita dan penguasa melakuakan dagelan nyata.Dan ingat kepedihan kaum pribumi terjadi kembali. Pungli di mana-mana.” (mendekati Lastri) “Bagaimana Nyai, maukah kau hidup dengan ku?”
Lastri : (Bingung)“Nyai?”
Multatuli : “Ya, Kau, mau kau hidup dengan ku?”
Lastri : “Ya tuan daripada aku hidup dengan orang yang selalu asik dengan dunianya sendiri, lebih baik aku hidup denganmu, aku rindu belaian laki-laki, aku sudah capek harus berpura-pura menjadi istri dari orang yang egois.”
Arya : “Lastri jaga sikapmu”
Lastri : “ Aku sudah bosan denganmu, Aku akan pergi!”
Multatuli : “Ya, dia akan kubawa ke alam ku”
Arya : “kurang ajar kalian. Lastri-lastri!” (berteriak)
Lastri : “Arya! Jadilah Manusia yang berarti” (keluar)
Arya : (kesakitan) “kurang ajar kau Lastri! Tak kusangka kau ternyata perempuan biadap!” (Arya menyerang, tetapi Multatuli mendahuluinya, sampai Arya jatuh pinsan)
Multatuli : “Arya. Hanya kaulah yang bisa mendobrak tetang kekejaman para penguasa di negeri ini dengan tulisan mu. Camkan itu Arya!” (keluar)



(Musik terdengar , Lastri pun keluar dan menghampiri Arya)
Lastri : “Pak, Pak , Bapak!” (Membangunkan)
Arya : “kurang ajar kau Lastri!”
Lastri : “Bapak kenapa”
Arya : (Binggung) “mana si Multatuli akan kubunuh dia!”
Lastri : “Ah! Bapak mimpi ya?, makanya jangan dibiasakan tidur disore hari, tidak baik Pak! Banyak kejadian yang tidur sore selalu mengalami hal yang aneh, bisa-bisa menjadi gila.” Makanya daripada tidur sore buatlah aktivitas yang bermanfaat Pak!
Arya : “Jadi aku tadi mimpi.
Lastri : “Ya, apa lagi kalau bukan mimipi. Sudah bapak lekas mandi, anak-nak dah nunggu di Surau” (Meninggalkan Arya).
Arya : “Oh maafkan aku lastri” (menatap mesin tik) akan kutulis yang tadi aku alami”.
“Tiap hentakan tik ini akan mengeluarkan bunyi, setiap bunyi menghasilkan irama dan irama menjadikannya senandung, maka akan muncullah ribuan nyawa yang keluar dari mesin tik ini berupa karya-karya nan agung. Sebab sebuah karya adalah nafas kebudayaan yang tidak bisa sirna ditelan masa.”

(Musik terdengar)


Tamat